Rabu, 29 April 2015

GLOBAL VS REGIONAL

GLOBAL VS REGIONAL
   
            Berbicara tentang global dan regional pasti tidak lepas dari adanya kemajuan dan perkembangan zaman yang begitu pesat. Saat ini segala bidang kehidupan manusia sudah mengalami perkembangan yang sangat cepat, dan hal ini tak dapat dihindari. Untuk itu dalam tulisan saya kali ini saya akan membahas global vs regional dalam bidang yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat yaitu dalam hal industri keuangan. Menurut saya industri keuangan sudah menjadi bagian hidup setiap manusia ekonomi dan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam setiap aspek kehidupan. Untuk itu dalam hal ini saya akan membahas tentang industri keuangan perbankan. Kita tahu saat ini industri perbankan sudah sangat berkembang pesat. Industri perbankan saat ini sangat dibutuhkan bagi setiap kalangan bukan hanya bagi para pebisnis namun hampir semua masyarakat pun membutuhkan industri ini. Berbicara tentang global vs regional di bidang industri perbankan ini sangat lah luas. Di Indonesia sendiri adalah negara yang memiliki kekayaan alam nomor satu di dunia, yang sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi negara maju. Tapi sayang nya banyak sekali hambatan yang menghalangi kemajuan tersebut. Salah satu faktor nya adalah kondisi keuangan yang sampai saat ini menjadi masalah yang sangat serius. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan dari dua pihak yakni pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.

Pengertian bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman. Dari pengertian tersebut dapat dilihat peranan perbankan dalam perekonomian. Di Indonesia terdapat Bank sentral yang memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi padatingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yangindependen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak diluar bank sentral -termasuk pemerintah. Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal inidisebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan olehtingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia. Fungsi bank sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena itu,keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat penting dijagaguna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk mencegah terjadinya bank runsand panics. Kepercayaan masyarakat juga diperlukan karena bank tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar kewajibankepada seluruh nasabahnya sekaligus, Industri perbankan di Indonesia telahmengalami masalah-masalah yang apabila diamati akar penyebabnya (root causes) adalah lemah dan tidak diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).Hal ini menyebabkan industri perbankan tidak dapat secara berhati-hati (prudent) menyerap pertumbuhan risiko kredit dan harga domestik yangcepat berubah. Sementara itu, tidak transparannya praktik dan pengelolaan (practicesand governance) suatu bank mengakibatkan badan pengawas sulit mendeteksi praktik kecurangan yang dilakukan oleh pengurus dan pejabat bank. Tantangan lain yang dihadapi bank adalah berpalingnya nasabah tradisional bank kepada sumber pembiayaan lain. Tersedianya banyak alternatif sumber dana bagi perusahaan-perusahaan besar yaitu antara lain dari perusahaan-perusahaan modal Ventura, perusahaan-perusahaan leasing , perusahaan-perusahaan hire-purchase, perusahaan-perusahaan anjak piutang, perusahaan-perusahaan forfeiting ,pasar uang,dan pasar modal dengan berbagai debt instrumentsnya seperti promissory notes dan obligasi sertaequity instrumentnya mempertajam persaingan yang dihadapi bank. Masalah paling berat yang dihadapi industri perbankan dan badan pengawas bank adalah kelalaian pengurus bank serta penipuan dan penggelapan yang merekalakukan. Hal ini dapat dilihat dari praktik para bankir antara lain berupa besarnyakredit yang disalurkan kepada kelompok usahanya sendiri. Pemberian kredit kepadakelompok usaha sendiri tersebut sering kali tidak diiringi dengan analisis pemberiankredit yang sehat. Padahal praktik seperti ini pada dasarnya dapat dikategorikansebagai penipuan.Untuk mendapatkan dan atau mempertahankan kepercayaan masyarakat, industri perbankan harus diatur dan diawasi dengan ketat baik melalui peraturan langsung (direct regulation) maupun peraturan tidak langsung (indirect regulation).Peraturan langsung bertujuan mengurangi kewenangan pengurus bank dalam menjalankan kegiatan usaha. Bank misalnya dilarang memberikan kreditkepada suatu perusahaan melebihi prosentase tertentu dari modalnya. Sedangkan peraturan tidak langsung didasarkan pada pemberian insentif yang bertujuanmempengaruhi sikap tertentu dari pengurus bank, misalnya melalui penerapan peraturan mengenai persyaratan risk-based capital.
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan yang terjadi pada industri perbankan di Indonesia dan sekarang mari kita lihat bagaiamanakah industri perbankan secara global di negara maju. Bank Duniaterdiri dari lima perpanjangan tangan yang terpisah. Dua dari tangan tersebut merupakan International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) serta the International Development Association (IDA)yang didirikan setelah konferensi yang berlangsung pada 1 Juli–22 Juli 1944 di kota Bretton Woods. Bank Dunia merupakan sebuah lembaga keuangan internasional untuk menangani atau mengatasi masalah-masalah keuangan yang bersifat internasional, baik berupa bantuan pinjaman atau bantuan lainnya. Salah satu tugas Bank Dunia adalah menyediakan pinjaman dengan nilai preferensial kepada negara-negara anggotauntuk program pemberian modal di berbagai bidang, seperti pendidikan, pertanian dan industri. Walau begitu,pinjaman dari Bank Dunia ini tentunya diikuti oleh syarat-syarat yang berlaku dan cenderung merugikan negara peminjam kredit tersebut.Selain itu, Bank Dunia juga terkait erat dengan Internasional Monetary Fund (IMF). Karena untuk menjadi bagian dari Bank Dunia, sebuah negara harus menjadi anggota IMF terlebih dahulu. Walaupun IMF dan Bank Dunia didirikan secara bersamaan setelah konferensi Bretton Woods dan dibuat untuk saling melengkapi, tetapi mereka tetap menjadi entitas yang berbeda. IMF ditugaskan untuk menjaga stabilitas kurs tukar mata uang di perekonomian global dan mempromosikan pasar bebas melalui pinjaman jangka pendek untuk mendukung anggaran umum dan kebijakan perekonomian kepada seluruh negara anggotanya. Hingga saat ini, anggota IMF dan Bank Dunia mencapai 187 negara anggota.
Perekonomian Indonesia semakin terlihattelah berada dalam pengaruh Bank Dunia sejak mengalami krisis moneter pada tahun 1998. Pada saat itu Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang secara langsung melibatkan pesanan Bank Dunia dalam pemulihan ekonomi Indonesia dari krisis moneter. Jadi, untuk terbebas dari krisis ekonomi pada tahun 1998, Indonesia meminjam dana dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Sejak saat itu, Bank Dunia memegang peran di Indonesia diantaranya yaitu “membantu” pembangunan di Indonesia dengan cara memberikan pinjaman uang serta bantuan teknik untuk menciptakan aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi liberal. Dalam hal ini, Bank Dunia bertugas menciptakan pasar yang kuat bagi kepentingan negara-negara dan lembaga donor serta mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan privatisasi dan kebijakan yang memihak pada perusahaan-perusahaan besar. Bahkan hingga saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang dipercaya oleh Bank Dunia untuk meminjam dana untuk berbagai keperluan, terutama untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, pelayanan publik, pertanian dan lingkungan hidup. Meskipun Bank Dunia dan IMF sampai saat ini masih beroperasi di Indonesia, angka kemiskinan di Indonesia tidak menunjukkan penurunan. Angka kemiskinan di Indonesia yang secara rutin dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) per bulan September 2014 lalu adalah 27,73 juta jiwa yang berarti sekitar 10,96 persen penduduk Indonesia secara keseluruhan dan diprediksi akan bertambah pada tahun 2015 ini. Sebaliknya dengan partisipasi kedua lembaga tersebutmalah menyebabkan tingkat hutang Indonesia terus meningkat. Besarnya jumlah hutang yang terus bertambah membuat pemerintah harus terus mengalokasikan dana APBN untuk membayar hutang dan bunganya. Akibatnya, Indonesia pernah kehilangan hasil dari pengilangan minyak dan penambangan mineral karena harus diberikan untuk membayar hutang. Hal ini juga terjadi karena proses pengilangan dan penambangan itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan trans-national partner Bank Dunia.Cara kerja Bank Dunia dan lembaga-lembaga donor lainnya dalam menyeret Indonesia dan negara-negara berkembang lain ke dalam jebakan hutang. Hal ini diceritakan secara detail oleh John Perkins dalam bukunya, “Economic Hit Men”. Perkins adalah mantan konsultan keuangan yang bekerja pada perusahaan bernama Chas T. Main, yaitu perusahaan konsultan teknik. Perusahaan ini memberikan konsultasi pembangunan proyek-proyek insfrastruktur di negara-negara berkembang yang dananya berasal dari hutang kepada Bank Dunia, IMF dan lain-lain.Bank Dunia memang telah berperan penting dalam membantu negara-negara anggota berkembang yang tengah dilanda badai krisis ekonomi yang dialaminya. Namun, di sisi lain aih-alih mengatasi masalah perekonomian dalam negeri, seringkali dana pinjaman dari Bank Dunia justru seperti menumpuk masalah di tahun-tahun mendatang yang sepertinya tidak berujung dan malah menjadi ‘bumerang’ bagi negara itu sendiri. Jika tidak dikelola dengan benar, hutang-hutang tersebut dapat menyebabkan keruntuhan, dimana hutang yang dimiliki jauh lebih besar dari aset yang dimiliki oleh negara itu sendiri.Aktivitas Bank Dunia tidak dapat sepenuhnya disalahkan. Aliran uang pinjaman yang masuk seharusnya dapat dikendalikan, sehingga tidak hanya menguntungkan dan menambah kekayaan segelintir orang. Tetapi seharusnya dapat benar-benar menggerakkan perekonomian nasional, baik secara analisis makro maupun mikro. Bagaimanapun, kemandirian hanya dapat dibentuk dan dilakukan oleh masing-masing individu atau negara. Dana pinjaman hanyalah sarana seperti sebuah pedang, jika seseorang ahli menggunakannya maka akan menjadikannya kuat dan sejajar dengan lawan manapun, namun jika tidak hati-hati menggunakannya, justru dapat “melukai” bahkan “membunuh” diri sendiri, cepat ataupun lambat. Begitu pula yang dapat terjadi pada sebuah negara.
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat jelas perbedaannya dimana bank dunia jelas sangan mempengaruhi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Namun hal ini harus dapat menjadi motivasi kuat bagi Indonesia untuk lebih lagi meningkatkan industri perbankan dan tidak mustahil bagi Indonesia untuk dapat melepaskan diri dari pengaruh bank dunia, sehingga dapat menjadi negara yang justru berpengaruh. Perbaikan demi perbaikan harus dapat dilakukan oleh Indonesia bukan hanya dalam hal manajemen dan pengawasan namun juga kualitas terhadap sumber daya manusia yang harus ditingkatkan.
Sumber:



.