REVIEW
4
Dampak
Kebijakan Energi Terhadap Perekonomian Di Indonesia : Model Komputasi
Keseimbangan Umum
Oleh:
Agus
Sugiyono
(Pembahasan)
Nama: Fenita
NPM : 22211809
Kelas: 2EB09
4. Pembahasan
Banyak kebijakan energi
di negara berkembang yang tidak dievaluasi dampaknya sehingga bisa muncul
kebijakan yang bersifat kontradiktif. Kebijakan diversifikasi penggunaan energi
di satu sisi dengan kebijakan subsidi harga BBM di sisi lain merupakan salah
satu contoh kebijakan energi yang kontradiktif di Indonesia. Penelitian tentang
dampak kebijakan energi di Indonesia di Indonesia belum banyak dilakukan. Danar
(1994) dengan menggunakan analisis korelasi meneliti pengaruh kebijakan energi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil menunjukkan bahwa sejak tahun 1975
kebijakan diversifikasi energi sudah menampakkan hasilnya. Lebih jauh Danar
menyimpulkan bahwa pertumbuhan konsumsi energi mempunyai korelasi yang positip
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hope dan Singh (1995) meneliti dampak kenaikan
harga energi terhadap rumah tangga, industri dan perekonomian makro di
negera-negara berkembang termasuk Indonesia. Hasil untuk Indonesia menunjukkan
bahwa kenaikan harga minyak diesel menyebabkan penurunan penggunaan minyak diesel
di sektor industri. Kenaikan harga minyak tanah menyebabkan penurunan kesejahteraan
di sektor rumah tangga dan secara ekonomi makro dengan kenaikan harga minyak
maka target pendapatan nasional akan dapat tercapai. Baik studi Danar (1994)
maupun Hope dan Singh (1995) menggunakan model ekonometri untuk menganalisis
dampak kebijakan energi tersebut. Kleeman (1994:11-34) melakukan studi untuk
membuat strategi perencanaan energi di Indonesia yang berwawasan lingkungan.
Studi ini menggunakan
model Markal (Market Allocation) yang berdasarkan optimasi dengan menggunakan
persamaan simultan dalam bentuk linier programming. Model ini merupakan model
keseimbangan parsial karena hanya memperhitungkan sektor energi. Dampak
lingkungan dari penggunaan energi ditentukan berdasarkan emisi yang ditimbulkan
dalam penggunaan energi yang berupa emisi partikel, nitrogen dioksida (NO2),
volatile hydrocarbon (VHC) dan sulfur dioksida (SOx). Besarnya emisi dihitung
berdasarkan faktor emisi untuk masing-masing jenis energi dan kemudian
dilakukan analisis lebih lanjut dengan model dispersi dan deposisi emisi. Model
ini membuat simulasi penyediaan energi dengan berbagai skenario. Hasil
menunjukkan bahwa dengan skenario tanpa menggunakan teknologi bersih, polusi di
daerah perkotaan di Pulau Jawa akan melampaui ambang batas sehingga perlu
dilakukan langkahlangkah untuk mengurangi polusi akibat penggunaan energi. Marks
(2003) menganalisis kenaikan harga energi terhadap berbagai sektor perekonomian
dengan menggunakan Tabel Input-Output. Hasil studi menunjukkan bahwa kenaikan
harga energi akan berpengaruh paling besar pada sektor transportasi. Analisis
yang digunakan Marks hanya mempertimbangan keterkaitan statis antar sektor
melalui matriks koefisien input-output. Penggunaan model keseimbangan umum
merupakan pengembangan lebih lanjut dengan mempertimbangkan perilaku setiap
pelaku perekonomian. Model keseimbangan umum dalam penerapan untuk studi
empiris selanjutnya lebih dikenal dengan model computable general equilibrium
(CGE). Penggunaan model CGE untuk mengalisis kebijakan harga energi di
Indonesia telah dilakukan oleh Nikensari (2001), IUC-ES (2001), Said dkk.
(2001), Clements dkk. (2003) dan Ikhsan dkk. (2005). Model CGE yang digunakan merupakan
modifikasi dari model CGE yang digunakan untuk studi sebelumnya, kecuali model
yang digunakan oleh Clements dkk. Nikensari (2001:8-9) memodifikasi model Lewis
(1991) untuk menganalisis pengaruh pengurangan subsidi harga BBM terhadap
sektor industri. IUC-ES (2001) memodifikasi model Indorani untuk menganalisis dampak
kebijakan harga energi terhadap ekonomi makro dan sektoral. Model menggunakan
Tabel Input-Output 1995 yang diperbarui untuk tahun 2000 untuk kalibrasi. Studi
ini memberi gambaran yang rinci tentang aspek pembuatan model dan hasilnya
digunakan sebagai dasar penyusunan studi dari Said dkk. (2001). Model CGE yang
digunakan oleh Said dkk. selanjutnya disebut Indoceem (Indorani Comprehensive
Energy-Economy Model). Clements dkk. (2003) mengembangkan model CGE yang
dikalibrasi dengan menggunakan Tabel Input-Output tahun 1995 untuk menganalisis
dampak liberalisasi harga BBM. Ikhsan dkk. (2005) mengintegrasikan Indoceem dan
metodologi perhitungan kemiskinan untuk menganalisis dampak kenaikan harga BBM
terhadap kemiskinan. Model CGE yang dijelaskan tersebut di atas merupakan model
statis untuk satu periode analisis. Resosudarmo (2002, 2003) menggunakan model CGE
yang dinamis untuk mengevaluasi kebijakan lingkungan di Indonesia. Kebijakan
yang dievaluasi adalah penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi maupun
Program Langit Biru, yaitu program untuk pengendalian pencemaran udara. Model
CGE yang digunakan berdasarkan SAM tahun 1990 dan untuk analisis kebijakan dari
tahun 2000 sampai tahun 2020. Kebanyakan model CGE yang digunakan sebagai alat
analisis saat ini sudah merupakan modifikasi dari model sebelumnya dan sudah
menjadi terlalu rumit. Model CGE sering dikritik sebagai black box karena
struktur model yang sangat komplek serta jumlah parameter dan persamaan sangat
banyak, padahal dengan menggunakan model yang standar tidak menghasilkan
perbedaan yang berarti (Hosoe 1999:1-3). Penelitian ini akan menggembangkan
model CGE standar dari Hosoe dkk. (2004) dengan lebih memperhatikan struktur
model dan lebih rinci dalam memformulasikan sektor energi. Sedangkan kebijakan
energi yang akan disimulasikan dalam model adalah substitusi antara penggunaan energi
minyak bumi dengan energi lainnya. Sebagai kalibrasi, digunakan SAM untuk tahun
2000 dengan memodifikasi sektor sesuai dengan tujuan penelitian. Karena
substitusi ini hanya dapat dilaksanakan secara bertahap maka model dibuat
bersifat dinamis dengan memasukkan aspek pertumbuhan untuk jangka panjang. SAM
yang dikenal di Indonesia sebagai Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) memberi gambaran
menyeluruh struktur produksi, faktor produksi, alokasi pendapatan, komposisi
permintaan barang dan jasa, serta tabungan. SAM disajikan dalam bentuk matriks
yang menggambarkan perilaku dari pelaku ekonomi. Neraca lajur ke samping
(menurut baris) menunjukkan transaksi penerimaan, sedangkan lajur ke bawah
(menurut kolom) menunjukkan transaksi pengeluaran. Beberapa sektor dalam SAM
dimodifikasi dengan melakukan agregasi dan disagregasi yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Untuk disagregrasi digunakan Tabel Input-Output tahun 2000
yang dikeluarkan oleh BPS. Simulasi akan dilakukan berdasarkan keseimbangan
dasar dengan mempertimbangkan rencana pemerintah untuk meningkatkan penggunaan batubara
maupun energi lainnya. Dengan simulasi ini dapat buat beberapa skenario
kebijakan diversifikasi energi yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Hasil
simulasi diharapkan dapat untuk menguji hipotesis dan merekomendasikan
kebijakan yang efektif untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian
ini masih belum selesai dan sedang dikembangkan model CGE untuk energi sehingga
hasilnya belum dapat ditampilkan dalam makalah ini. Dari hasil analisis
sementara Tabel Input-Output tahun 2000 maka efek pengali output menunjukkan
bahwa sektor energi fosil hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap
pertumbuhan di sektor lainnya. Besaran dari efek pengali output dari sektor
minyak bumi dan gas bumi lebih kecil dari pada sektor batubara. Sektor energi
fosil ini kontribusinya kecil karena sebagian besar dari hasil sektor ini untuk
kepentingan ekspor sehingga tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan dari sektor
lainnya. Berbeda dengan sektor energi listrik dan gas yang mempunyai besaran
efek pengali yang besar sehingga memegang peranan penting dalam perkembangan
dari sektor-sektor lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar