Rabu, 12 Desember 2012

Dampak Kebijakan Energi Terhadap Perekonomian Di Indonesia : Model Komputasi Keseimbangan Umum



REVIEW 3
Dampak Kebijakan Energi Terhadap Perekonomian Di Indonesia : Model Komputasi Keseimbangan Umum
Oleh:
Agus Sugiyono
(Metode Riset)
                      Nama: Fenita
                                                                   NPM : 22211809
           Kelas: 2EB09

3. Metoda Riset
Secara umum untuk pembuatan model CGE mengikuti langkah-langkah seperti pada Gambar 5. Pertama-tama membuat data set yang konsisten dengan kondisi perekonomian saat ini. Parameter model diperoleh berdasarkan prosedur kalibrasi sedangkan harga elastisitas dapat diperoleh berdasarkan studi literatur. Berdasarkan kalibrasi dilihat konsistensi model dengan keseimbangan dasar (benchmark) dalam perekonomian. Bila telah sesuai, langkah selanjutkan adalah membuat suatu skenario dengan kebijakan tertentu atau mengubah besaran parameter sehingga didapat keseimbangan perekonomian yang baru. Berdasarkan hasil ini dapat dianalisis pengaruh dari kebijakan atau perubahan salah satu parameter terhadap keseluruhan sistem perekonomian (lihat Gb. 5). Model yang dikembangkan mempunyai dua modul yaitu model dasar yang merupakan model CGE statis dan model dinamik yang memasukkan faktor pertumbuhan pada model CGE statis.
3.1. Model Dasar
Struktur model CGE yang akan digunakan untuk analisis empiris diperlihatkan pada Gambar 6. Indonesia diasumsikan sebagai negara kecil dengan perekonomian terbuka. Indonesia adalah sebagai price taker yang tidak dapat mempengaruhi harga dunia, baik dalam impor atau ekspornya.
Gambar 5. Analisis dengan menggunakan model CGE

            Gambar 6. Struktur model CGE energi
Dalam aplikasi pembuatan model, bentuk fungsi seperti Leontief, Cobb- Douglas atau constant elastisity of substitution (CES) sudah umum digunakan. Setiap fungsi mempunyai sifat tertentu yang penting dalam menyatakan perilaku ekonomi. Bentuk fungsi yang dipilih harus cukup luwes sehingga mampu merepresentasikan perilaku ekonomi seperti yang diharapkan. Model empiris ini merupakan pengembangan dari model sederhana yang sudah dibahas sebelumnya. Model dikembangkan berdasarkan Hosoe dkk. (2004:97-133) dengan mempertimbangkan sektor energi. Formulasi matematik dari model dapat diturunkan seperti di bawah ini.
a.       Intermediate Input
Perusahaan disamping menggunakan kapital dan tenaga kerja juga menggunakan intermediate input sebagai faktor produksi. Produksi dibagi menjadi dua tingkat. Pada tingkat atas gross output domestik merupakan fungsi Leontief dengan variabel value added dan intermediate input. Pada tingkat bawah fungsi produksi untuk value added adalah fungsi Cobb-Douglas dengan input kapital dan tenaga kerja.


- Pada tingkat atas:
Dan:
ZPj: keuntungan perusahaan j
Zj: gross output unuk barang j
Xij: intermediate input barang i yang digunakan oleh perusahaan j
Yj: value added perusahaan j
axij: koefisien minimum yang dibutuhkan intermediate input j untuk
memproduksi satu unit gross output
ayj: koefisien minimum yang dibutuhkan value added untuk
menghasilkan satu unit gross output
psj: harga penawaran barang j
pqi: harga barang antara i, dan
pyj: harga value added perusahaan j
Persamaan 2 tidak dapat diturunkan dan untuk memperoleh kondisi optimal dianggap bahwa perusahaan bersifat kompetisi dan tidak dapat memperoleh excess profit. Sehingga kondisi optimal dicapai pada kondisi keuntungan ekonomi nol (zero profit):
 Xij = axij Zj
(3)
 Yj = ayj Zj
(4)
psj=ayj +Σaxij pqi
(5)
Dan:
YPj: keuntungan perusahaan j pada tingkat bawah
Fhj: faktor produksi yang berupa kapital atau tenaga kerja
Dengan menggunakan metode Lagrange maka kondisi optimal dicapai bila memenuhi persamaan di bawah ini.
b. Pemerintah
Pemerintah diasumsikan hanya mengambil pajak langsung terhadap produksi berdasarkan kuantitas. Pajak penghasilkan ini digunakan untuk konsumsi publik dan tabungan. Secara matematik, perilaku ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

dengan:
XGi: konsumsi publik komoditas i
Tj: pajak penghasilan untuk komoditas j
τj: tingkat pajak untuk komoditas j dalam rupiah per unit
SG: tabungan pemerintah
μi: pangsa pengeluaran untuk komoditas i (0 ≤ μi 1, Σ μi = 1)

c. Investasi
Model merupakan model dinamik sehingga investasi mempunyai peran yang penting. Pada tahun dasar perilaku investasi dinyatakan dalam persamaan di bawah ini.

d. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Hubungan antara harga impor dan ekspor baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing diperlihatkan pada persamaan di bawah ini.
 pei =ε pwei
(12)              
pm =ε pwm
(13)

dengan:
pei: harga ekspor komoditas i dalam rupiah
pwei: harga ekspor komoditas i dalam mata uang asing (eksogen)
pmi: harga impor komoditas i dalam rupiah
pwmi: harga impor komoditas i dalam mata uang asing (eksogen)
Neraca pembayaran dalam mata uang asing dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

e. Asumsi Armington
Barang impor, ekspor dan domestik diasumsikan merupakan barang substitusi (asumsi Armington). Pertama, barang impor dan domestik diagregasi sebagai barang komposit. Diasumsikan bahwa barang impor merupakan substitusi yang tidak sempurna terhadap barang domestik. Sehingga perilakunya dapat diturunkan berdasarkan optimasi berikut ini.
δmi, dan δdi: paramater pangsa barang komposit i
ηi : parameter yang berkaitan dengan elastisitas substitusi
σi : elastisitas substitusi
Dengan menggunakan manipulasi matematika dapat diperoleh kondisi optimumnya sebagai berikut:
Kedua, gross output domestik ditansformasikan menjadi barang impor dan barang domestik. Diasumsikan juga bahwa barang ekspor dan barang domestik merupakan barang substitusi yang tidak sempurna. Perilaku ini dapat dinyatakan dalam persamaan optimasi seperti ini.
f. Market Clearing
Supaya diperoleh keseimbangan pasar maka harus memenuhi kondisi market clearing sebagai berikut.

g. Macro Closure
Dari penurunan persamaan-persamaan tersebut di atas diperoleh sistem persamaan simultan. Dalam sistem jumlah variabel endogen melebihi jumlah persamaan sehingga perlu persamaan penutup yang disebut macro closure.
3.2. Model Dinamik
Model dasar dibuat dinamik dengan mekanisme rekursif dinamik yang mempertimbangkan pertumbuhan kapital dan tenaga kerja. Optimasi dilakukan berdasarkan tahun dasar 2000 dan kemudian dilakukan optimasi untuk tahun selanjutnya dengan nilai kapital dan tenaga kerja yang diperbarui seperti pada persamaan (27) dan (28).
 Ki,t+1= Ki,t(1- depr)+ DKi , t







Tidak ada komentar:

Posting Komentar