Rabu, 12 Desember 2012

Dampak Kebijakan Energi Terhadap Perekonomian Di Indonesia : Model Komputasi Keseimbangan Umum



REVIEW 4
Dampak Kebijakan Energi Terhadap Perekonomian Di Indonesia : Model Komputasi Keseimbangan Umum
Oleh:
Agus Sugiyono
(Pembahasan)
                       Nama: Fenita
                                                                     NPM : 22211809
           Kelas: 2EB09
4. Pembahasan
Banyak kebijakan energi di negara berkembang yang tidak dievaluasi dampaknya sehingga bisa muncul kebijakan yang bersifat kontradiktif. Kebijakan diversifikasi penggunaan energi di satu sisi dengan kebijakan subsidi harga BBM di sisi lain merupakan salah satu contoh kebijakan energi yang kontradiktif di Indonesia. Penelitian tentang dampak kebijakan energi di Indonesia di Indonesia belum banyak dilakukan. Danar (1994) dengan menggunakan analisis korelasi meneliti pengaruh kebijakan energi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil menunjukkan bahwa sejak tahun 1975 kebijakan diversifikasi energi sudah menampakkan hasilnya. Lebih jauh Danar menyimpulkan bahwa pertumbuhan konsumsi energi mempunyai korelasi yang positip terhadap pertumbuhan ekonomi. Hope dan Singh (1995) meneliti dampak kenaikan harga energi terhadap rumah tangga, industri dan perekonomian makro di negera-negara berkembang termasuk Indonesia. Hasil untuk Indonesia menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak diesel menyebabkan penurunan penggunaan minyak diesel di sektor industri. Kenaikan harga minyak tanah menyebabkan penurunan kesejahteraan di sektor rumah tangga dan secara ekonomi makro dengan kenaikan harga minyak maka target pendapatan nasional akan dapat tercapai. Baik studi Danar (1994) maupun Hope dan Singh (1995) menggunakan model ekonometri untuk menganalisis dampak kebijakan energi tersebut. Kleeman (1994:11-34) melakukan studi untuk membuat strategi perencanaan energi di Indonesia yang berwawasan lingkungan.
Studi ini menggunakan model Markal (Market Allocation) yang berdasarkan optimasi dengan menggunakan persamaan simultan dalam bentuk linier programming. Model ini merupakan model keseimbangan parsial karena hanya memperhitungkan sektor energi. Dampak lingkungan dari penggunaan energi ditentukan berdasarkan emisi yang ditimbulkan dalam penggunaan energi yang berupa emisi partikel, nitrogen dioksida (NO2), volatile hydrocarbon (VHC) dan sulfur dioksida (SOx). Besarnya emisi dihitung berdasarkan faktor emisi untuk masing-masing jenis energi dan kemudian dilakukan analisis lebih lanjut dengan model dispersi dan deposisi emisi. Model ini membuat simulasi penyediaan energi dengan berbagai skenario. Hasil menunjukkan bahwa dengan skenario tanpa menggunakan teknologi bersih, polusi di daerah perkotaan di Pulau Jawa akan melampaui ambang batas sehingga perlu dilakukan langkahlangkah untuk mengurangi polusi akibat penggunaan energi. Marks (2003) menganalisis kenaikan harga energi terhadap berbagai sektor perekonomian dengan menggunakan Tabel Input-Output. Hasil studi menunjukkan bahwa kenaikan harga energi akan berpengaruh paling besar pada sektor transportasi. Analisis yang digunakan Marks hanya mempertimbangan keterkaitan statis antar sektor melalui matriks koefisien input-output. Penggunaan model keseimbangan umum merupakan pengembangan lebih lanjut dengan mempertimbangkan perilaku setiap pelaku perekonomian. Model keseimbangan umum dalam penerapan untuk studi empiris selanjutnya lebih dikenal dengan model computable general equilibrium (CGE). Penggunaan model CGE untuk mengalisis kebijakan harga energi di Indonesia telah dilakukan oleh Nikensari (2001), IUC-ES (2001), Said dkk. (2001), Clements dkk. (2003) dan Ikhsan dkk. (2005). Model CGE yang digunakan merupakan modifikasi dari model CGE yang digunakan untuk studi sebelumnya, kecuali model yang digunakan oleh Clements dkk. Nikensari (2001:8-9) memodifikasi model Lewis (1991) untuk menganalisis pengaruh pengurangan subsidi harga BBM terhadap sektor industri. IUC-ES (2001) memodifikasi model Indorani untuk menganalisis dampak kebijakan harga energi terhadap ekonomi makro dan sektoral. Model menggunakan Tabel Input-Output 1995 yang diperbarui untuk tahun 2000 untuk kalibrasi. Studi ini memberi gambaran yang rinci tentang aspek pembuatan model dan hasilnya digunakan sebagai dasar penyusunan studi dari Said dkk. (2001). Model CGE yang digunakan oleh Said dkk. selanjutnya disebut Indoceem (Indorani Comprehensive Energy-Economy Model). Clements dkk. (2003) mengembangkan model CGE yang dikalibrasi dengan menggunakan Tabel Input-Output tahun 1995 untuk menganalisis dampak liberalisasi harga BBM. Ikhsan dkk. (2005) mengintegrasikan Indoceem dan metodologi perhitungan kemiskinan untuk menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap kemiskinan. Model CGE yang dijelaskan tersebut di atas merupakan model statis untuk satu periode analisis. Resosudarmo (2002, 2003) menggunakan model CGE yang dinamis untuk mengevaluasi kebijakan lingkungan di Indonesia. Kebijakan yang dievaluasi adalah penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi maupun Program Langit Biru, yaitu program untuk pengendalian pencemaran udara. Model CGE yang digunakan berdasarkan SAM tahun 1990 dan untuk analisis kebijakan dari tahun 2000 sampai tahun 2020. Kebanyakan model CGE yang digunakan sebagai alat analisis saat ini sudah merupakan modifikasi dari model sebelumnya dan sudah menjadi terlalu rumit. Model CGE sering dikritik sebagai black box karena struktur model yang sangat komplek serta jumlah parameter dan persamaan sangat banyak, padahal dengan menggunakan model yang standar tidak menghasilkan perbedaan yang berarti (Hosoe 1999:1-3). Penelitian ini akan menggembangkan model CGE standar dari Hosoe dkk. (2004) dengan lebih memperhatikan struktur model dan lebih rinci dalam memformulasikan sektor energi. Sedangkan kebijakan energi yang akan disimulasikan dalam model adalah substitusi antara penggunaan energi minyak bumi dengan energi lainnya. Sebagai kalibrasi, digunakan SAM untuk tahun 2000 dengan memodifikasi sektor sesuai dengan tujuan penelitian. Karena substitusi ini hanya dapat dilaksanakan secara bertahap maka model dibuat bersifat dinamis dengan memasukkan aspek pertumbuhan untuk jangka panjang. SAM yang dikenal di Indonesia sebagai Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) memberi gambaran menyeluruh struktur produksi, faktor produksi, alokasi pendapatan, komposisi permintaan barang dan jasa, serta tabungan. SAM disajikan dalam bentuk matriks yang menggambarkan perilaku dari pelaku ekonomi. Neraca lajur ke samping (menurut baris) menunjukkan transaksi penerimaan, sedangkan lajur ke bawah (menurut kolom) menunjukkan transaksi pengeluaran. Beberapa sektor dalam SAM dimodifikasi dengan melakukan agregasi dan disagregasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk disagregrasi digunakan Tabel Input-Output tahun 2000 yang dikeluarkan oleh BPS. Simulasi akan dilakukan berdasarkan keseimbangan dasar dengan mempertimbangkan rencana pemerintah untuk meningkatkan penggunaan batubara maupun energi lainnya. Dengan simulasi ini dapat buat beberapa skenario kebijakan diversifikasi energi yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Hasil simulasi diharapkan dapat untuk menguji hipotesis dan merekomendasikan kebijakan yang efektif untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini masih belum selesai dan sedang dikembangkan model CGE untuk energi sehingga hasilnya belum dapat ditampilkan dalam makalah ini. Dari hasil analisis sementara Tabel Input-Output tahun 2000 maka efek pengali output menunjukkan bahwa sektor energi fosil hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap pertumbuhan di sektor lainnya. Besaran dari efek pengali output dari sektor minyak bumi dan gas bumi lebih kecil dari pada sektor batubara. Sektor energi fosil ini kontribusinya kecil karena sebagian besar dari hasil sektor ini untuk kepentingan ekspor sehingga tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan dari sektor lainnya. Berbeda dengan sektor energi listrik dan gas yang mempunyai besaran efek pengali yang besar sehingga memegang peranan penting dalam perkembangan dari sektor-sektor lainnya.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar